Hmm.... pasti banyak yang bertanya tanya ya, sementara saya ke kantor, kemudian Maliki ikutan ke kantor, kemudian Hanifah (anak kedua saya) sama siapa?
Iniii fotonya ...:)
Namanya teh Iceu. Maliki dan Ifa memanggilnya "uwak Iceu", karena Beliau orang Sunda, "Uwak" artinya kakak dari orangtua. Yah.....kami menganggapnya keluarga, bukan sekedar asisten.
Uwak Iceu bekerja sejak Maliki berusia satu minggu! Awet yaaaaaaaaa? Alhamdulillah.
Sejarahnya (cieee sejaraaah) begini....., mama dan fati nya Maliki , sejak akad nikah tuh langsung nge-kost, sebulan setelah nge-kos, langsung tinggal di rumah kontrakan.
Rumah kontrakannya di daerah Antapani - Bandung.
Nama ibu pemilik rumah kontrakan tersebut adalah Bu Tata. Bu Tata sangat perhatian kepada mamanya Maliki saat Maliki dalam kandungan. Kemungkinan, karena Bu Tata itu sudah punya 4 anak yang dewasa, tapi belum ada yang menikah (waktu tahun 2006 itu). Jadi beliau nampaknya sudah nggak sabar pengen punya cucu :)
Ketika Maliki dalam kandungan sudah usia 8 bulan, Bu Tata menayakan ,"Siapa nih yang mau ngasuh, kan orangtuanya bekerja dua-duanya?" Kami juga rencananya mau ambil pembantu , tapi belum tau siapa pembantunya. Bu Tata dengan baik mencarikan buat kami....dan yeeaaa....di dekat rumah kontrakan tersebut, ketemulah uwak Iceu :)
Saat Maliki sudah 3 bulan kan mamanya Maliki harus masuk kerja, Uwak Iceu mengasuh Maliki sendirian, dan hampir setiap hari Bu Tata mengawasi Uwak Iceu. Duuh....itu Allah SWT tuh yang ngasih peri baik hati seperti Bu Tata!! :)
Oya, nenek-nenek Maliki masih hidup , hanya mereka ada kesibukan masing-masing. Lagipula, fati bilang ," Kasian udah sepuh disuruh ngasuh bayi. " Iya...bener juga dalam pikiran saya. Saya pun kalau udah sepuh capek juga ya disuruh mengasuh anak batita. Ada yang bilang : kakek neneknya sayang kok, mereka mau kok. heheheee..... ya bagus deh...cuma kayaknya kalau udah lebih 4-6 bulan terus-terusan , setiap hari,ngasuh anak yang aktif -->capek fisik dan capek mental juga, bukan? ---sorry,hanya pendapat saya---
Kadang ada beberapa pendapat yang mengatakan : "iiih hati-hati lhooo...pembantu kan suka ngasih obat batuk atau obat apa gitu yang bikin anak tidur terus".
Begini ya, saya jawab dengan poin-poin , mengapa saya insyaAllah tidak terpengaruh anggapan itu :
- Pada awal kita punya anak, tanamkan di hati bahwa anak itu adalah milik Allah SWT. Jadi jangan panik gak jelas, merasa parno nggak jelas. Saya sebelum pergi ke kantor selalu berdoa :" Ya Allah Yang Maha Baik, anak ini adalah milik Mu. Tolong jaga dia Ya Allah. Toloong jaga Ya Allah." Akhirnya ada-ada aja yang membantu saya, seperti tetangga terdekat sering datang ngobrol dengan Uwak Iceu, mereka sebagai 'spionase' saya, dan tetangga ini mengatakan nilai Uwak Iceu --> BAGUS
- Berikanlah gaji ke pengasuh/ pembantu dengan tarif yang layak. Saya bukannya sok kaya ...hehehee...tapi...please deh....dia itu kerja emangnya karena 100% sayang sama anak kita? mereka kan kerja karena kebutuhan ekonomi. Bener apa bener? :) Jadi , saya berikan gaji buat pembantu dengan nominal memuaskan. Belum sampai UMR sih (mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa sampai UMR). Tapi agak di bawah sedikit dari UMR kota saya. Ada yang bilang, "Wedeeh...elu sih banyak uang ya". hehehee... nih ya, saya itu bukan orang yang kaya harta, tapi Aamiin kalau di doain begitu . Begini...begini...ada rahasianya....kita kalau memberikan rezeki ke pembantu, nanti bakalan ada-ada saja rezeki sampingan yang halal dikasih Allah SWT. Jangan takut miskin buat bersedekah (dalam hal ini bukan sedekah malah, wajib memberikan upah yang baik).
- Tanyakan pada pembantu kita, bagaimana anak-anaknya. Karena, selama anak-anak nya nanti tidak mempunyai keinginan naik status sosial, selama-lamanya status sosial ekonomi mereka di kalangan "buruh". Karena anak-anak Uwak Iceu sekolah (bukan HS ya heheheee), mama dan fati Maliki selalu menyempatkan memberikan uang lebih, di luar gaji, yang diperuntukkan buat sekolah anak-anaknya.
- Kalau dia sakit, usahakan memberikan bantuan dana ke dokter. Atau karena saya (mama Maliki) menguasai lemari obat di kantor, saya memberikan obat dasar ( flu, batuk, demam) kepada dia. Kemudian namanya dicatat di pengeluaran obat kantor. Boleh kok ambil obat buat keluarga karyawan. Kan dia keluarga saya ...^_^
Nanti pasti ada yang komentar :" Sebaik-baiknya anak itu yang diurus ibu kandungnya."
Saya jawab : wah...belum pernah baca di koran ya...ada anak yang disiram air panas oleh ibu kandungnya, anak yang dibanting karena menangis sama ibu kandungnya sampai patah tulang tangannya (saya dulu baca di detik dot com), anak dibunuh oleh ibu kandungnya (namanya Agnes, umur 18 tahun.saya baca di Tabloid Nova. Dia ngekos di Jakarta Barat).
Sudahlah.........kalau saya terus mendengar komentar-komentar yang tidak faham keadaan ekonomi keluarga saya, saya bakalan persis jadi cerita "bapak , anak, dan keledainya".
Nanti ada lagi yang komentar :" Udah pernah baca surat bu (Almh) Ainun Habibie belum? dia dokter lho, dan dia membaktikan diri jadi full time mother."
Saya jawab : "enggg...ini perlu nggak saya jawab?! hehehehe...Cyyn...ibu Ainun itu berani bilang gitu karena beliau ke Jerman. Jerman kan semuanya udah ditanggung negara, penghasilan pak Habibie juga pasti nggak empot empotan waktu itu, rumah dikasih, transpor ada tunjangan, dll, dsb, malah anak-anaknya gratis sekolah mungkin. Lagipula...emang bu Ainun bisa gitu buka praktek di negara eropa? bisa ga sih? ngga tau juga saya...hahahhaaa."
Heheheee....jadi saya ya begini. Anda ya terserah Anda. Asal tidak melanggar hukum, boleh kan? ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar